Daun bangun-bangun merupakan tanaman daerah tropis yang daunnya
memiliki aroma tertentu sehingga dikenal sebagai tanaman aromatik.
Tanaman ini banyak ditemukan di India dan Ceylon dan Afrika Selatan,
memiliki bunga yang bentuknya tajam dan mengandung minyak atsiri
sehingga disebut juga Coleus aromaticus. Di India, tanaman ini pula
telah lama dikenal sebagai obat demam malaria, hepatopati, batu ginjal
dan kandung kemih, batuk, asma kronik, cekukan, bronkitis, cacingan,
kolik dan kejang. Tanaman ini mengandung berbagai jenis flavonoid yaitu
quercetin, apigenin, luteolin, salvigenin, genkwanin. Daun tanaman ini
juga telah dibuktikan sebagai antiinflamasi karena bekerja menghambat
respon inflamasi yang diinduksi oleh siklooksigenase, juga terbukti
sebagai anti kanker dan anti tumor (Kaliappan, 2008; Mangathayaru,
2008).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Dijkhuizen et al, 2001 mendapatkan rendahnya kadar mikronutrien (vitamin A, Fe, Zn) pada bayi sangat berhubungan dengan rendahnya kadar mikronutrien tersebut pada ASI.
Daun bangun-bangun memiliki ciri-ciri bertulang lunak, beruas-ruas, melingkar, dengan diameter sekitar 15 mm, bagian tengah dan ujungnya sekitar 10 mm ± 5 mm, dapat berkembang- biak dengan mudah. Daun yang masih segar bentuknya tebal, berwarna hijau tua, kedua permukaan daun licin. Tanaman ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai nama yang berbeda, di Jawa Tengah disebut daun Cumin, Orang Sunda menyebutnya daun ajeran, di Madura disebut daun kambing dan di Bali disebut daun Iwak. Di daerah Batak Sumatra Utara sendiri disebut sebagai daun bangun-bangun atau torbangun (Gembong, 2004).
Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus) merupakan tumbuhan yang banyak
dikonsumsi oleh ibu-ibu setelah melahirkan di daerah Toba, Sumatera
Utara. Tumbuhan ini dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Tumbuhan
ini banyak ditemukan di daerah Sumatra Utara dan dijadikan panganan
pendamping nasi, misalnya sebagai sayuran. Penelitian yang dilakukan
oleh Sihombing (2006) yang memberikan daun bangun-bangun pada tikus
telah membuktikan bahwa tumbuhan tersebut mengandung zat besi dan
karotenoid yang tinggi. Kadar FeSO4 pada daun bangun-bangun (Coleus
amboinicus) dapat diandalkan sebagai sumber besi non heme bagi ibu
menyusui.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Damanik terhadap ibu-ibu
menyusui di daerah Sumatera Utara dengan metoda focus group discussion
(FGD) memperoleh kesimpulan bahwa konsumsi daun bangun-bangun (Coleus
amboinicus) dipercaya dapat meningkatkan mengembalikan stamina ibu,
meningkatkan produksi ASI, membersihkan daerah rahim dan kepercayaan itu
tetap kuat selama beratus-ratus tahun. Potensinya sebagai laktagogum
ditunjukkan oleh daun bangun-bangun yang mengandung saponin, flavonoid,
polifenol serta dapat meningkatkan hormon-hormon menyusui, seperti
prolaktin dan oksitosin (Damanik, 2001).
Konsumsi daun bangun-bangun oleh penduduk Sumatra Utara biasanya
dalam bentuk sop yang dimasak secara tradisional dengan santan. Suatu
penelitian telah mencoba membuktikan karakteristik mutu sop daun
bangun-bangun yang dikemas dalam kaleng sebagai suatu bentuk usaha
komersil. Selain dipetik langsung dari pohonnya, ibu-ibu menyusui
diharapkan dapat mengkonsumsinya dalam bentuk sop kemasan kaleng yang
lebih praktis karena tidak perlu menanam pohonnya dan memasaknya
terlebih dahulu untuk mendapatkan efek laktagogumnya. Tanaman ini
terbukti mengandung zat besi dan karotin yang tinggi. Selain itu
konsumsi tanaman ini dapat meningkatkan kadar zat besi, kalium, seng,
dan magnesium dalam ASI serta meningkatkan berat badan bayi (Warsiki,
2009).
PENYAKIT YANG DAPAT DISEMBUHKAN DAN CARA PENGGUNAANYA
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
- Sariawan. Lima lembar daun segar dicuci bersih lalu dibilas dengan air matang. Daun yang sudah bersih lalu dikunyah perlahan-ahan, airnya ditelan dan ampasnya dibuang.
- Demam. Daun segar 7 lembar dicuci bersih lalu dibilas dengan air matang, tumbuk sampai seperti bubur lalu diperas dan disaring. Airnya diminum dan ampasnya dipakai untuk menggosok badan.
- Asma dan batuk. Daun segar 10 lembar cuci bersih dan bilas dengan air matang, tumbuk sampai seperti bubur lalu diperas dan disaring. Air perasannya ditambah minyak wijen, minum.
- Batuk rejan. Biji jinten ¾ sendok teh digiling halus, lalu diseduh dengan ½ cangkir air panas, tambahkan 1 sendok makan madu, aduk sampai merata. Diminum selagi hangat 2 kali sehari.
- Sakit kepala. Daun segar dicuci bersih lalu dimemarkan, tempelkan di kepala dan pelipis.
- Rematik. Daun segar 10 lembar dicuci bersih lalu digiling halus, tambahkan air kapur sirih secukupnya dan diremas sampai merata. Bubur daun tersebut digunakan untuk melumas dan menggosok bagian yang sakit.
- Ayan. Daun jinten 30 lembar,ngokilo 10 lembar, lenglengan 25 lembar, sambiloto 40 lembar, meniran 8 sirip,gula enau 3 jari. Cuci danpotong-potong seperlunya lalu direbus dengan 4 gelas air bersih sampai tersisa 2 ¼ gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3 x ¾ gelas.
- Perut kembung. Daun 5 lembar, cuci tumbuk halus, seduh dengan ¾ cangkir air panas. Saring, minum
- Memperbanyak asi. Daun jinten dimasak dengan sop ayam. Makan seluruhnya.
- Aphrodisiak. Seluruh tanaman direbus bersama bahan lain.
No comments:
Post a Comment