Leptospira, golongan bakteri, dapat hidup dalam tubuh tikus, babi,
sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan
tupai. Mereka mendiami ginjal dan dikeluarkan ketika hewan tersebut buang
air kecil, dan menginfeksi tanah atau air. Kontaminasi tersebut dapat bertahan
dalam tanah atau air selama berbulan-bulan.
Manusia dapat
terinfeksi melalui:
- Minum air yang terkontaminasi
- Melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar dan memiliki luka terbuka di kulit
- Mata, hidung atau mulut melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar
- Melakukan kontak dengan darah hewan yang terinfeksi (kurang umum)
Manusia tidak
umum terinfeksi Leptospira, akan tetapi umumnya wabah dapat muncul ketika ada
banjir. Manusia jarang menginfeksi manusia lain, tetapi mungkin melakukannya
selama hubungan seksual atau menyusui.
Cara Penularan Leptospirosis
Penularan
penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga,
burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan paling sering
melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.
Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urin tikus
yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Saat masuk ke
ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan
tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis tubular. Ketika
berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya disebabkan karena kerusakan tubulus,
hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Pada
gangguan hati, akan tampak nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer,
yang terjadi karena disfungsi sel-sel hati. Leptospira juga dapat menginvasi
otot skletal dan menyebabkan edema (bengkak), vacuolisasi miofibril, dan
nekrosis lokal.
Gangguan
sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat
menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus berat akan
menyebabkan kerusakan endotelium kapiler. Gangguan paru adalah mekanisme
sekunder dari kerusakan pada alveolar and vaskular interstisial yang
mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat menginvasi cairan humor (humor
aqueus) mata yang dapat menetap dalam beberapa bulan, seringkali mengakibatkan
uveitus kronis dan berulang.
Meskipun
kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tetapi lebih sering terjadi
self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh ini, respon imun siostemik dapat
mengeliminasi kuman dari tubuh, tetapi dapat memicu reaksi gejala inflamasi
yang dapat mengakibatkan secondary end-organ injury. Leptospirosis
tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi leptospirosis
adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini bisa
menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan ginjal.
No comments:
Post a Comment