Kuman leptospira mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya “lisolisasi” seluruh permukaan lantai , dinding, dan
bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor yang mungkin sudah
berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah
“mewabah”-nya leptospirosis.
Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya
dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor,
tangan tercemar kuman dari hewan piaraan yang sudah terjangkit penyakit
dari tikus atau hewan liar.
Hindari berkontak dengan kencing hewan piaraan. Biasakan memakai pelindung, seperti sarung tangan karet sewaktu
berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki,
memakiai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim.
Biasakan membasuh tangan sehabis menangani hewan, trenak, atau
membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.
Hewan piaraan yang terserang leptospirosis langsung diobati , dan
yang masih sehat diberi vaksinasi. Vaksinasi leptospirosis tidak berlaku
bagi manusia. Di AS sejak Desember 2000 lalu, ada anjuran bagi orang
yang berisiko terjangkit leptospirosis diberikan seminggu antibiotika
(dipilih golongan doxycycline) sebagai upaya pencegahan.
Tikus rumah perlu dibasmi sampai ke sarang-sarangnya. Begitu juga
jika ada hewan pengerat lain. Jangan lupa bagi yang aktivitas hariannya
di peternakan, atau yang bergiat di ranch. Kuda, babi, sapi,
bisa terjangkit leptospirosis, selain tupai, dan hewan liar lainnya
yang mungkin singgah ke peternakan dan pemukiman, atau ketika kita
sedang berburu, berkemah, dan berolahraga di danau atau sungai.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Kencing hewan berpenyakit leptospirosis di air, makanan, dan tanah, yang
menjadi ajang penularan penyakit hewan ini terhadap tubuh manusia.
No comments:
Post a Comment