Diare peristiwa keseharian yang bisa bermasalah jika salah ditanggapi. Perlu
diwaspadai kalau sampai berkepanjangan, sebab berisiko mengancam nyawa. Untuk
itu di bawah ini kita bicarakan hal-hal keseharian tentang arti diare.
1. Diare sebagai gejala penyakit.
Diare sebetulnya bukan penyakit melainkan gejala suatu penyakit. Mungkin
cuma sebab masuk angin. Bayi dan anak yang terserang flu, biasanya disertai
gejala diare juga selain batuk pileknya. Orang dewasa sering kembung, dan
mungkin mencret jika sedang tidak enak badan. Ini gejala normal. Diarenya tidak
perlu diobati. Begitu masuk anginnya sembuh, diarenya mereda sendiri. Diare juga bisa muncul sebagai gejala gangguan lambung. Mereka yang
terserang mag, salah satu gejala awalnya mungkin cuma diare. Keliru jika
langsung mengobati diarenya, oleh karena penyebabnya justru pada lambungnya.
Begitu lambungnya diobati, diarenya reda sendiri.
Sudah barang tentu jika ada gangguan di usus, gejalanya pasti diare, kalau
bukan sembelit. Usus sendiri bisa terinfeksi virus, kuman, parasit, atau
cacing. Infeksi usus, apa pun penyebabnya, gejala pokoknya diare. Termasuk jika
terserang infeksi usus buntu, atau wasir
sedang kambuh. Diare juga sering muncul jika ada gangguan hati. Selain diare, tinja
berwarna menyerupai dempul, mungkin encer. Demikian pula jika terjadi gangguan
kelenjar ludah perut pankreas, gangguan kelenjar empedu, atau jika ada reaksi
alergi saluran pencernaan.
Orang yang tidak tahan terhadap suatu jenis makanan
atau minuman tertentu, reaksinya akan diare juga. Yang sama terjadi jika ada
gangguan penyerapan oleh usus. Jadi, dalam hal diare sebagai gejala, yang diobati penyebabnya, bukan
diarenya. Kalau diarenya yang diobati, ibarat memadamkan api dengan menutupi
asap, bukan menyiram apinya. Tubuh sendiri sesungguhnya memiliki mekanisme
untuk menyetop diare, jika yang terganggu fungsi pencernaannya. Lekas-lekas
memberi obat pada setiap kali serangan diare tidak selalu tepat.
2. Beda diare penyakit dengan diare bukan penyakit.
Diare penyakit, berarti memang ada penyakit pada saluran pencernaan. Selain
infeksi, mungkin ada tumor, kista, kerusakan selaput lendir usus, atau ada
kelainan bawaan di saluran pencernaan. Jika terjadi infeksi, diare biasanya lebih dari 5 kali dalam sehari. Selain
itu tinja biasanya lembek sampai cair, berbau busuk, bau bacin, bau anyir, dan
disertai mulas melilit, demam, dan nyeri kepala. Infeksi saluran pencernaan yang hebat disebut muntaber. Yang keluar bukan
dari bawah berupa tinja saja, melainkan disertai dengan muntah-muntah
juga. Kolera penyebab muntaber paling hebat. Diare kolera bisa sampai
berpuluh-puluh kali dalam sehari, selain muntah-muntah hebat.
Banyak jenis virus, kuman, parasit, yang dapat menginfeksi saluran
pencernaan. Kita sering mendengar flu perut. Sebetulnya ada virus tertentu yang
menyerang perut. Gejalanya mencret-mencret yang tidak spesifik seperti halnya
mencret kolera. Selain pada kolera, diare spefisik juga terjadi pada disentri. Disentri bisa
disebabkan amuba, bisa juga oleh kuman bacilus. Gejalanya sama-sama diare,
sama-sama tinjanya berlendir dan berdarah, namun jika tinjanya diperiksa, bibit
penyakitnya berbeda. Sudah barang tentu obatnya pun tidak sama. Diare spesifik juga terjadi pada keracunan makanan. Diare terjadi sehabis
mengonsumsi makanan kalengan yang sudah rusak (mengandung racun botulism),
terlihat dari kaleng yang sudah menggembung tanda kuman sudah membentuk gas.
Selain demam dan diare hebat, disertai gejala ngilu di sendi, pusing, dan
gangguan saraf juga. Jika diare bukan penyakit, melainkan hanya gejala dari suatu penyakit,
umumnya diarenya keluar deras, dan biasanya disertai banyak angin keluar. Tinja
tidak berbau busuk, melainkan beraroma normal, tidak disertai rasa mulas, dan
tanpa demam. Sedang diare penyakit biasanya disertai rasa mulas melilit sewaktu
mengeluarkan tinja, dan tinjanya biasanya keluar sedikit-sedikit. Rasanya kepingin
buang air besar, tapi keluarnya cuma sedikit. Masih terasa kepingin buang air
besar, tapi tidak keluar. Diare bukan penyakit kurang dari 5 kali dalam sehari. Tinja mungkin lembek
sampai cair, namun tidak disertai dengan lendir, dan atau darah segar. Oleh
karena bukan infeksi, biasanya tidak disertai demam, nyeri kepala, atau gejala
infeksi lainnya.
3. Waspada jika diare pada balita dan usia lanjut.
Ya, diare pada balita dan mereka yang sudah berusia lanjut perlu diwaspadai.
Risiko terancam kekurangan cairan jauh lebih besar pada dua kelompok umur ini.
Maka, jangan sepelekan diare, lebih-lebih jika dicurigai sebagai gejala
infeksi. Kendati bukan diare kolera, diare pada kedua kelompok tersebut perlu tetap
diwaspadai. Sekurang-kurangnya jangan sampai terjadi dehidrasi. Untuk itu perlu
sebanyak mungkin minum larutan gula-garam (oralit). Pemberian oralit menunda
proses dehidrasi berat. Jika dehidrasi berat dibiarkan tanpa segera memberikan
oralit, syok yang tak terpulihkan (irreversible shock) bisa mengancam. Syok
jenis begini berarti berisiko kematian.
4. Apa yang perlu dilakukan jika terserang diare?
Pastikan ini bukan diare penyakit, melainkan hanya gejala penyerta belaka,
oleh karena kurang dari 5 kali, tinja tidak berbau, tak ada lendir (sewaktu
cebok tidak terasa ada seperti lendir), dan tidak tampak darah segar bercampur
dengan tinja; dan kalau bukan sedang flu badan tidak demam, tidak ada linu pada
sendi, tidak pula nyeri kepala, tidak disertai mulas, dan keluarnya tinja
sekaligus banyak. Jika diarenya ringan seperti itu sebaiknya tidak lekas-lekas minum obat
antidiare untuk menyetop diarenya. Biarkan tubuh diberi kesempatan untuk
memulihkannya sendiri.
Kita cukup lebih banyak dan sering minum. Kalau ada
oralit lebih baik. Larutan gula-garam dalam air teh yang dibuat sendiri pun
cukup. Pemberian obat antidiare yang kelewat cepat justru bikin sembelit, lalu
perut jadi kembung. Apalagi jika diarenya hanya gejala masuk angin, gangguan
mag, atau oleh sebab penyakit lain, sebaiknya tak perlu diobati. Obat hanya
perlu jika diarenya betul penyakit, lebih dari 5 kali, deras, mulas melilit,
disertai keluhan macam-macam lainnya. Dalam hal diare infeksi pun sebetulnya ada pendapat tidak perlu segera
menyetop diarenya, oleh karena dengan menyetop diarenya, bibit penyakit yang
ada dalam usus gagal dibuang keluar.
Kita tahu diare sendiri merupakan
mekanisme tubuh untuk mengenyahkan bibit penyakit di perut. Mekanisme otomatis
usus ini jadi kacau kalau obat ikut campur tangan. Yang dapat diberikan jenis
obat absorben, penyerap bahan-bahan ’racun’ dalam
usus seperti obat norit. Kini ada jenis obat yang lebih kuat dari norit daya
serapnya. Pada kasus diare infeksi, yang tinjanya berbau busuk, mulas, terlebih
penting memberikan antibiotika untuk membunuh bibit penyakitnya. Percuma
memberi obat penyetop diarenya jika sumber penyebab diarenya dibiarkan. Maka,
yang perlu langsung segera diberikan tentu antibiotika untuk membasmi kuman,
atau untuk amuba, sambil terus minum sesering dan sebanyak kita bisa. Pada
kasus demikian, obat warung tidak menyembuhkan.
5. Mengapa kalau diare berkepanjangan?
Diare berkepanjangan bisa sebab penyakitnya belum tuntas diobati. Paling
sering kasus disentri. Tanpa pengobatan yang tuntas, disentri jadi menahun.
Bibit penyakitnya masih tetap ada di usus, sesekali kambuh, dengan gejala
disentri ringan datang berulang. Disentri amuba yang menahun bisa menjalar ke organ lain. Paling sering ke
hati. Di hati, amuba bersarang lalu membentuk bisul besar yang jika sudah
sangat besar bisa pecah dan menjebol hati. Ini salah satu komplikasi disentri
amuba. Diare berkepanjangan mungkin suatu alergi makanan. Setiap mengonsumsi jenis
makanan yang tidak cocok, akan diare. Diare juga akan berulang kalau ada
gangguan fungsi penyerapan usus. Tidak cocok susu (sebab gula susunya), tidak
cocok lemak, juga muncul sebagai diare yang berulang, biasanya ringan, dan
tanpa keluhan berarti. Pada usia lanjut, diare berkepanjangan harus diwaspadai. Bisa jadi gejala
kanker usus. Pola buang air besar yang berubah, dari sembelit ke diare secara
berulang, mungkin gejala spesifik kanker usus. Jika kankernya sudah lanjut,
buang air besarnya mungkin sudah disertai dengan darah segar tanpa keluhan
mulas seperti pada diare oleh disentri.
6. Kapan diare menular?
Kita tahu tidak semua diare menular. Diare yang bukan disebabkan oleh
infeksi, tentu tidak menular. Hanya diare yang disebabkan oleh bibit penyakit
yang bisa menular.
Apa artinya diare menular? Artinya tinja merupakan ancaman penularan bagi
anggota keluarga. Jika tinja berceceran di kamar kecil dan kamar mandi, tanpa
dibersihkan dengan antisepsis seperti lisol, dan pasien tidak membasuh tangan
dengan sabun setiap habis buang air besar, risiko penularan menjadi lebih
besar. Jika pasien yang diarenya menular buang air besarnya di sungai, di selokan,
di ladang, tinja menjadi sumber penularan bagi orang sekitarnya. Cemaran bibit
penyakit pada jajanan buah dingin, rujak, gado-gado, karedok, ketoprak, jenis
jajanan yang rentan tercemar bibit penyakit terutama di musim basah (penghujan)
yang kurang bersih penanganannya (food handler) oleh karena banyak dipegang
tangan (yang mungkin sudah tercemar juga).
7. Kapan diare perlu ke dokter?
Kebanyakan kasus diare akan mereda sendiri. Yang acap terjadi, diare ringan
langsung diobati. Mungkin dengan obat dokter yang dibeli bebas, sehingga
berakibat sembelit beberapa hari kemudian dan perut jadi kembung. Diare penyakit tidak dapat diobati sendiri. Dokter yang akan memilihkan
obatnya. Bukan hanya kuman, cacing pun bisa menimbulkan diare juga. Awal tifus, gejalanya
diare. Terserang usus buntu awalnya pun bisa diare juga. Gejala awal ini yang
mencerminkan penyakit yang ada di belakangnya, tidak sedikit yang perlu segera
ditangani. Radang usus buntu, atau tipus yang luput diobati ketika masih dini,
sering buruk akibatnya. Dokter membantu membaca gejala dininya.
8. Oralit bukan obat diare.
Acap terdengar dari pasien, “Sudah minum oralit kok diarenya masih belum
berhenti juga, Dok?” Menganggap oralit sebagai obat diare tentu keliru. Oleh
karena tugas oralit hanya pengganti elektrolit ion atau mineral tubuh yang
hilang bersama cairan. Jika kehilangan ini tidak segera diganti, akan
mengganggu dan tubuh terancam syok akibat dehidrasi. Keseimbangan elektrolit
tubuh terguncang.
Selain oralit, pada kasus diare penyakit dibutuhkan juga obat pembasmi
penyebab diarenya. Kalau penyebabnya infeksi, dibutuhkan antibiotika. Jenis
antibiotika pun beragam. Tidak semua jenis antibiotika cocok untuk semua jenis
infeksi usus. Bukan kejadian jarang ada infeksi usus yang sudah kebal terhadap
suatu jenis antibiotika. Tidak tepat memilih antibiotika, tidak menyembuhkan
diare yang disebabkan oleh infeksinya, sehingga diare jadi berkepanjangan juga.
9. Obat diare warung juga belum tentu menyembuhkan.
Ya, jangan beranggapan obat diare warung bisa menyembuhkan semua kasus
diare. Hanya kasus diare ringan, diare yang bukan disebabkan oleh infeksi yang
bisa dibantu pernyembuhannya dengan obat warung. Sebaiknya tidak mengandalkan obat warung jika setelah minum obat diarenya
terus berlangsung. Terlebih jika diarenya dicurigai infeksi penyebabnya.
Berharap pada obat warung hanya penundaan penyembuhan yang bisa berisiko
memperburuk penyakitnya. Infeksi ususnya terus semakin berat dan diarenya
semakin menghebat.
10. Adakah manfaat obat tradisional dalam diare?
Ada. Daun jambu klutuk sudah lama digunakan sebagai antidiare. Demikian
dengan apel,
jambu klutuk, dan bahan berkhasiat lain yang bersifat absorben. Namun tentu,
sama halnya dengan obat warung, tidak ada bahan berkhasiat yang bisa menumpas
sumber penyakitnya jika infeksi yang menjadi penyebab diarenya. Maka, jangan
mengandalkan obat tradisional jika diarenya memang diare penyakit, diare yang
disebabkan oleh infeksi. Diare yang disebabkan oleh cacing tidak mempan diobati dengan antibiotika,
melainkan hanya dengan obat cacing, apalagi dengan obat warung atau obat
tradisional. Selama cacingnya masih ada, sering-sering masih tersisa di dalam
usus oleh karena pengobatannya belum tuntas habis, maka diarenya masih tetap
saja muncul.
Source
: dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment